Pada Manusia diberikan anugerah pada Tuhan Yang Maha Esa begitu banyak, salah satunya hati. Hati adalah poros jiwa yang harus dijaga, setiap hati yang baik pasti seluruh tubuh baik sebagaimana dalam hadis Nabi Muhammad SAW
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati” (HR. Bukhori dan Muslim)
Maka bila hati mengalami kerusakan pasti semuanya pun ikut rusak.
Bagaimana menjaga hati agar tidak rusak, yakni jauhi penyakit penyakit hati salah satunya sifat sombong, dan bagaimana menjauhi sifat sombong ini? bagaimana solusinya agar selalu terjaga dari sifat sombong? Apakah semua orang pernah mencicipi sifat sombong ini, walaupun sedetik apapun, apakah pernah? Bagaimana jika seseorang ini telah mencicipi sifat sombong ini, apakah semua amal akan runtuh seketika?
Dalam kitab Bidayatul Hidayah karya Imam Ghazali, dalam menyikapi sifat sombong atau ujub ini, jika disimpulkan akan membentuk sebuah kata “rendah hati”, ya rendah hati dan juga berhati-hati ini merupakan peluang penting untuk menjaga entitas kita pada manusia dan Tuhan, setelah itu akan muncul benih yang namanya “Cinta”.
Rudolf Otto, seorang pemikir yang dianggap sebagai seorang ahli fenomenologi agama, menyebutkan adanya dua situasi antara manusia dan Tuhan yaitu “Misteri yang menggetarkan dan Misteri yang Memmesonakan”. Bahkan Annemarie Schimmel mengatakan ” Islam justru lebih memujikan orientasi cinta ketimbang orientasi yang didominasi rasa takut”.
halnya dengan sifat sombong ini bisa-bisa merusak hidup ini, karena sifat sombong itu adalah penyakit hati yang membahayakan dirinya sendiri dan dihadapan Tuhan. Nabi SAW pun mengajari kita dengan ajaran kasih sayang, menganjurkan kita untuk saling menyayangi pada sesama mahluk, menebar kasih sayang, saling mengormati bahkan dengan musuhnya pun Nabi Muhammad SAW masih memiliki sifat ini. sebagaimana dalam hadis Nabi SAW:
Tuntunan Nabi Muhammad SAW jelas, karakter seorang Muslim dalam kehidupan masyarakat adalah harus saling menghormati, menebarkan kasih sayang, tidak saling mendzalimi, tidak menghujat dan tidak memusuhi terhadap orang lain. Baik dengan tindakan maupun ucapan. Menghujat dan memusuhi bukanlah perbuatan Muslim, karena jauh dari tuntunan Nabi, merenggangkan persaudaraan sesama Muslim, dan mengakibatkan permusuhan. Sebagai seorang Muslim, tugas kita adalah menebarkan perdamaian, menebarkan kasih sayang, memupuk persaudaraan, dan menebarkan anti kekerasan.
Tinggalkan Komentar